Breaking News

Atraksi Gelar Budaya Presean Desa Wisata Kebon Ayu, Perang Bintang Sepulau Lombok

×

Atraksi Gelar Budaya Presean Desa Wisata Kebon Ayu, Perang Bintang Sepulau Lombok

Sebarkan artikel ini
Atraksi Gelar Budaya Presean Desa Wisata Kebon Ayu, Perang Bintang Sepulau Lombok

Lombok Barat, NTB – Atraksi Gelar Budaya Presean Desa Wisata Kebon Ayu, Perang Bintang Se- Pulau Lombok di Agro Wisata Kebon Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat berlangsung seru dan meriah.

Presean merupakan budaya asli sasak, sebagai simbolis kejantanan para pemuda dan pria suku Sasak di Lombok.

Dalam kegiatan ini, Jajaran Polres Lombok Barat, melakukan pengamanan di lokasi. Atraksi Gelar Budaya Presean Desa Wisata Kebon Ayu, Perang Bintang Se- Pulau Lombok ini.

Kapolres Lombok Barat, AKBP Wirasto Adi Nugroho, SIK melalui Kapolsek Gerung, AKP Agus Pujianto, S.Pd., MH.,  mengatakan untuk pengamanan melibatkan personel Polres Lombok Barat dan Polsek Gerung.

“Kali ini Penampilan Presean dari Penginang (Lombok) VS Saka Mandiri (Sayang-sayang). Dengan menampilkan 4 pasang pepadu, menggunakan sistem 3 ronde,” ungkapnya, Rabu (14/12/2022).

Kapolsek menjelaskan bahwa, pengamanan bertujuan untuk memastikan agar tidak adanya gangguan Kamtibmas selama pelaksanaannya.

“Antisipasi gangguan Kamtibmas yang mungkin saja terjadi. Baik itu terkait ketertiban pelaksanaannya, maupun keamanan untuk masyarakat itu sendiri,” ungkapnya.

Adapun Masyarakat yang menyaksikannya berjumlah sekitar 70 orang, bersama Paguyuban Saka Mandiri (Sayang-sayang) dan Paguyuban Penginang Lombok (Loteng)

“Secara umum dalam Atraksi Gelar Budaya Presean Desa Wisata Kebon Ayu, Perang Bintang Se- Pulau Lombok ini berjalan aman dan lancar,” pungkasnya.

Presean itu sendiri sangat populer bagi Masyarakat Pulau Lombok, merupakan budaya asli suku sasak. Para Petarung ini memiliki sebutan Pepadu dan wasit pinggir lapangan dengan sebutan sebagai Pekembar Sedi. Sedangkan wasit tengah yang menjadi pemimpin pertarungan dengan sebetun Pekembar.

Para petarung (pepadu) bertemu di tengah lapangan dengan bertelanjang dada, menggunakan capuk (penutup kepala khas sasak). Serta kain sarung khusus yang sudah panitia persiapkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *